Rahim Pengganti

Bab 152 "Bibit bibit pelakor"



Bab 152 "Bibit bibit pelakor"

0Bab 152     
0

Bibit bibit pelakor     

Sekar dan Acha hanya bisa saling menatap saat melihat bagaimana Gina yang begitu bahagia mendapatkan panggilan dari suami nya, "Kalau udah budak cinta makan aja ditinggalin," ucap Acha. Sekar hanya geleng geleng kepala, melihat bagaimana Acha yang berkomentar tentang Gina.     

Kedua gadis itu, kembali melanjutkan kegiatan mereka berdua, meninggalkan Gina yang masih sibuk dengan urusan ponselnya.     

"Kenapa baru nelpon mas?" tanya Gina, wanita itu sudah berusaha menghubungi suaminya namun, tidak ada jawaban dan ketika Daffa bisa dihubungi langsung dimanfaatkan oleh Guna dengan baik. "Baru ada sinyal yang, mas udah coba terus supaya ngehubungi kamu tapi tetap gak bisa bisa. Nah akhirnya, bisa juga sekarang," balas Daffa.     

Kedua manusia itu saling berbincang bincang satu dengan lainnya, bahkan terdengar dengan sangat jelas suara tawa, yang membuat kedua orang di sana hanya terdiam dan saling memandang satu dengan lainnya.     

***     

Hari demi hari di lalui oleh Gina dengan seorang diri, bahkan Gina juga harus mandiri dalam setiap kegiatan yang melibatkan diri nya, bahkan ada beberapa hal yang wajib dilakukan Gina seorang diri.     

"Na … Lo bisa nggak nanti pas tanggal 23?" tanya Akbar. Gina yang sedang sibuk dengan beberapa laporan nya menatap ke arah Akbar, wanita itu sedikit berpikir lalu menganggukan kepala nya. "Hem," jawab Gina. Mendengar jawaban itu membuat Akbar tersenyum lebar, mereka kembali melanjutkan kegiatan kampus lain nya. Akbar, Gina dan Sekar sedang fokus fokus nya dengan, urusan laporan yang semakin banyak. Hal itu juga yang membuat kepala Gina sering sakit, sudah hampir dua Minggu Gina dan Daffa menjalani hubungan jarak jauh dan selama itu juga, komunikasi mereka sering muncul dan tenggelam seperti angin.     

Selama dua Minggu ini, hanya beberapa kali saja Daffa baru bisa menghubungi Gina, selebihnya karena sinyal dan kegiatan mereka di sana membuat Daffa, sangat sulit untuk bisa membagi semua nya.     

"Masih belum ada sinyal kapt?" tanya Ares. Pria itu sudah sejak tadi, melihat sang kapten gelisah karena belum juga memberikan kabar tentang diri nya di tempat ini, apa lagi Ares bisa melihat bagaimana raut wajah Daffa saat ini. "Belum … gue cuma pengen tahu dia di sana, ngapain aja. Perasaan gue sedikit gak tenang, karena udah tiga hari ini gak bisa nelpon Gina," ucap Daffa.     

Entah kenapa sebuah mimpi buruk yang dialami oleh Daffa tiga hari lalu membuat Daffa semakin tidak tenang, di dalam mimpinya Gina sedang pergi bersama dengan seorang pria dan saat itu juga Gina tidak ingin kembali dengan Daffa. Mimpi itu benar benar membuat jika Daffa tidak tenang, pria itu sangat takut akan hal seperti itu. Maka nya terlihat dengan sangat jelas bagaimana Daffa begitu khawatir akan keadaan dan bagaimana kabar dari istri nya.     

"Lo udah minta izin ke kota? Siapa tahu, jika ke sana masih ada sinyal jadi Lo bisa ngehubungi Gina," ucap Ares. Daffa terdiam, pria itu masih berusaha untuk mencari sinyal di tempat nya, jika memang tidak memungkinkan diri nya akan pergi ke kota sesuai dengan usulan Area dan beberapa orang anggota khususnl nya.     

***     

Gina malam ini tidak ditemani oleh Sekar ataupun Acha hal itu karena kedua orang tersebut sedang ada urusan kampus. Mereka di bagi dengan beberapa kelompok, dan hal itu membuat Gina tidak satu kelompok dengan kedua sahabat nya.     

Suara dering ponsel Gina terdengar dengan sangat jelas, Gina lalu berjalan menuju kamar nya mengecek siapa yang menelpon nya saat ini, senyum di bibir Gina terbit dengan sempurna ketika melihat nama sang mertua tertera di sana.     

"Hallo, assalamualaikum ibu," sapa Gina.     

"Waalaikumsalam nak, kamu lagi apa sayang?" tanya Ibu Sri. Meskipun Daffa tidak bisa menghubungi Gina, tapi ibu Sri selalu memberikan kabar kepada menantu nya, dan sesekali juga mengirim kan makanan untuk Gina, rasa nya Gina begiti terharu dengan hal itu. "Ini Gina lagi pengen makan mie rebus Bu," ucap Gina.     

"Oalah, kamu nginep sini aja gimana nak? Malam ini, besok kan Sabtu mau nggak?" tanya ibu Sri.     

"Boleh ibu, nanti habis Maghrib Gina ke rumah ibu ya." .     

"Nanti Dewa yang jemput ya nak," usul ibu Sri.     

"Nggak usah Bu. Gina bisa sendiri kok," tolak Gina dengan lembut, wanita itu tidak mau merepotkan Dewa, karena selama Daffa pergi adik iparnya itu sudah sering direpotkan oleh Gina dalam beberapa hal penting. Ibu Sri sempat tidak setuju, karena wanita itu tidak mau ada hal yang tidak diinginkan terjadi kepada sang menantu namun, Gina selalu saja bisa membuat siapa saja akhir nya menyetujui hal tersebut.     

"Yo wes, hati hati di jalan ya nak. Kalau emang berubah pikiran, biar Dewa aja yang jemput," ucap ibu Sri.     

"Siap ibu."     

Panggilan telpon tersebut, terputus Gina lalu kembali ke dapur dan mulai memasak mie instan yang memang selalu di stok di rumah ini. Sebenarnya, Daffa tidak setuju akan hal itu tapi karena Gina keras kepala jadinya Daffa dengan berat hati memberikan izin kepada istri nya itu.     

Sembari memasak mie, Gina juga melihat group chat yang berisikan dirinya, Sekar, Acha, Dewa, dan juga Akbar. Hanya ada lima orang di dalam group tersebut, tapi setiap hari selalu ratusan bahkan ribuan chat yang belum di baca oleh Gina. Wanita itu juga bingung dengan apa yang dibahas oleh keempat teman teman nya itu, hingga bisa menghasilkan banyak chat tersebut.     

"Ini Akbar sama Dewa ada ada aja sih, mereka kalau emang suka tinggal bilang aja kenapa. Akbar yang selalu ngasih kode tapi Sekar yang nggak pernah ngeh. Sedangkan Acha yang agresif, Dewa biasa biasa saja. Sungguh mereka memang unik," ucap Gina. Wanita itu sesekali tertawa, membaca beberapa kalimat percakapan tersebut.     

Bahkan ada beberapa chat yang membuat Gina tidak habis pikir bahwa kedua teman nya itu bisa melakukan hal tersebut.     

Drt drt drt     

Ponsel milik Gina kembali bergetar, kali ini panggilan dari Ryu, dan hal itu membuat Gina tersenyum lebar.     

"Hallo Abang ganteng, masih ingat punya adik?" ucap Gina. Terdengar dengan sangat jelas, helaan nafas berat dari ujung telpon tersebut.     

Ryu seminggu yang lalu harus berangkat ke luar negeri, dan hal itu membuat Gina jadi merindukan abang nya. Selama satu Minggu kemarin, Daffa pergi, Ryu juga menjadi salah satu yang direpotkan oleh Gina selain Dewa.     

"Kamu di mana?" tanya Ryu, pria itu selalu bersikap datar namun, tersimpan penuh pesona yang membuat siapa saja, melihat Ryu akan jatuh cinta.     

"Di rumah Abang sayang, emang sekarang Abang ada di mana?" tanya Gina lagi, wanita itu juga sambil memakan mie instan yang sudah selesai diri nya masak.     

"Baru sampai rumah, kamu ada waktu hari Minggu? Kita jalan dan nonton bareng gimana."     

Mendengar ucapan itu membuat, Gina hampir saja tersedak dengan mie yang di makan nya. Ryu memang sering membuat kejutan yang luar biasa membuat orang orang selalu hanya bisa menatap Ryu dengan kaget.     

"Boleh bang, tapi nanti Abang ga jemput ya. Malam ini aku mau menginap di rumah mertua aku, nah minggu Abang jemput dan antar aku pulang gimana?" tawar Gina.     

"Iya."     

Jawaban yang selalu diberikan Ryu, memang selalu saja singkat bahkan membuat semua orang kesal di buat nya. Panggilan tersebut, berlanjut hingga mie yang di masak oleh Gina habis. Wanita itu sedikit curiga dengan Ryu yang tiba tiba mengajak nya pergi, meskipun memang Ryu selalu seperti itu tapi kali ini berbeda. Pria itu seolah ingin mengatakan sesuatu di saat nanti ketika mereka pergi, hal yang selalu Ryu lakukan jika diri nya menginginkan sesuatu.     

Sama seperti beberapa tahun lalu, ketika Ryu ingin membuat bioskop mini di rumah ayah Bian dan bunda Carissa, pria itu mengajak Gina untuk berkeliling dan ujung ujung nya meminta pendapat dari anak SMA seperti Gina.     

Meskipun keinginan Ryu sedikit ditentang oleh sang bunda namun, bioskop mini tersebut akhir nya tercipta dan kedua orang tua nya akan selalu menghabiskan waktu mereka di sana. Memadu kasih layak nya ABG yang sedang pacaran, ya Bian dan Carissa sering terpergok melakukan sesuatu yang membuat ketiga anak anak nya hanya bisa geleng geleng kepala.     

Ciuman, adalah hal sering disaksikan oleh mereka. Bahkan pernah Gina melihat baju bagian atas sang bunda sudah terbuka dengan ayah nya menempelkan wajah nya ke dada bunda Carissa.     

"Kamu makan apa?" tanya Ryu.     

"Mie instan telur nya setengah Mateng, di tambah cabai rawit sama goreng nugget," jawab Gina. Wanita itu tahu, bagaimana reaksi sang Abang jika tahu hal tersebut. Karena Ryu, selalu saja membatasi Gina dalam memakan hal seperti itu, bagi Ryu hal itu tidak baik. Ryu mulai menceramahi Gina dan hal seperti itu membuat senyum di bibir Gina terbit dengan sempurna. Wanita itu sudah sangat rindu dengan, omelan yang sering diri nya dengar saat masih tinggal bersama dengan kedua orang tua nya.     

"Iya … iya … iya Abang, sekali sekali loh aku makan nya. Tenang adikmu ini, masih jadi seorang wanita yang penurut," ujar Gina.     

"Awas jangan nakal. Suami kamu lagi pergi, jadi bikin heboh nanti," balas Ryu. Gina tersenyum, bahagia sekali diri nya dikelilingi oleh banyak nya laki laki yang menyayangi diri nya seperti saat ini. Panggilan telpon tersebut, diakhiri karena Gina juga harus pergi ke rumah kedua mertua nya.     

***     

Dengan setelan sederhana tapi masih terlihat sangat cantik, Gina pergi dan tak lupa wanita itu menutup seluruh pintu dan jendela yang ada di rumahnya. Lalu Gina langsung menjalankan mobilnya, menuju pos penjagaan pertama.     

"Permisi pak, saya pamit keluar ya," ucap Gina.     

Anggota yang menjaga gerbang batalyon tersenyum dan segera membukakan nya. Gina tak lupa memberikan beberapa cemilan untuk para anggota yang sedang piket. Hal yang selalu saja, Gina lakukan untuk mereka semua setiap kali dirinya pergi dan pulang ada saja oleh oleh yang diberikan Gina kepada semua orang yang bertugas. Hal itu dilakukan oleh Gina supaya bisa saling berbagi dengan para anggota yang bertugas.     

Bukan hanya itu, saja tapi setiap kegiatan Gina selalu dipuji oleh beberapa junior dan senior di sana, bahkan ada yang secara terang terangan menyukai Gina dengan sikap yang begitu sopan dan anggun sangat pas dengan image ibu Persit seperti itu. Namun, tidak banyak juga yang tidak menyukai Gina. Beberapa istri anggota yang secara terang menggunjingkan Gina, yang ini lah itu lah. Bahkan Gina selalu geleng geleng kepala jika tanpa sengaja diri nya mendengar hal itu.     

Sebelum pergi ke rumah mertuanya, Gina mampir terlebih dahulu ke toko roti langganan dirinya. Wanita itu ingin membelikan cup cake kesukaan bapak dan ibu, kedua orang tua itu sangat suka dengan cup cake yang dibeli Gina dari toko tersebut.     

"Selamat malam mbak Gina," sapa pelayan toko.     

"Malam mbak, saya mau beli cup cake mbak. Masih ada nggak?" tanya Gina.     

"Kalau yang ready habis mbak, tapi ada yang masih di oven, mbak mau menunggu sekitar 8 menit lagi?" tawarnya. Gina mengecek jam di handphone nya, lalu menganggukkan kepala nya.     

Sembari menunggu Gina melihat lihat, beberapa kue yang ada di tempat tersebut, dan dirinya juga kembali mengecek beberapa laporan cafe Cemara. Cafe yang dikelola oleh Sekar dan Gina secara bersamaan, cafe yang dibangun oleh bunda Carissa dan tante Siska.     

Setelah sekitar 10 menit Gina akhirnya pergi dari tempat tersebut, wanita itu segera melajukan mobilnya ke rumah sang mertua. Jalanan malam ini sangat sepi, membuat Gina bisa sampai ke rumah dengan cepat dan selamat.     

"Assalamualaikum."     

"Waalaikumsalam, masuk sayang," balas ibu Sri. Keduanya saling memeluk, lalu Ibu Sri mengajak Gina langsung ke meja makan.     

Ternyata mereka sudah menunggu, dirinya untuk makan malam bersama. Ibu Sri sengaja memasak gulai kepala ikan patin untuk Gina, dan hal itu membuat Gina semakin cinta dan sayang dengan mertua nya itu.     

"Ayo nak. Ibu kamu udah dari tadi nggak sabar pengen kamu makan masakan gulai kepalanya."     

"Terima kasih banyak ya Bu. Sudah bikinkan ini buat Gina," ucap Gina dengan senyuman yang begitu tulus. Mereka lalu makan bersama sesekali, terdengar lelucon yang di ciptakan oleh pak Joyo, meskipun tidak lucu tapi berhasil membuat mereka yang ada di meja makan sedikit terhibur apalagi kalau sang bapak mertua sudah mulai mengejek anak bungsunya itu, dapat dipastikan raut wajah Dewa akan berubah menjadi cemberut.     

"Abang di sana, suka ngasih kabar nak?" tanya Ibu Sri. Saat ini mereka semua sedang berada di ruang keluarga, setelah selesai makan malam seperti biasa mereka akan menghabiskan waktu hanya untuk berbincang bincang dan bercerita seperti biasa nya.     

"Beberapa hari ini nggak Bu. Mungkin di sana mas Daffa gak ada sinyal," jelas Gina. Wanita itu merindukan suami nya, namun tidak mungkin Gina menunjukkan hal seperti itu, bisa bisa Dewa yang ada di depan nya saat ini akan mulai mengejeknya, sejak sang suami pergi Dewa selalu saja bisa membuat Gina menahan kesal nya karena pria itu selalu menggoda nya. Dan hal itu semakin membuat Gina merindukan sang suami.     

"Bapak dulu pernah meninggalkan ini satu bulan tanpa kabar nak, dan saat pulang nggak tahunya ibu lagi mengandung Dewa saat itu," ujar bapak Joyo.     

"Jadi Dewa anak nya sih Bu," ucap Dewa dengan penuh drama. Sontak saja hal itu, membuat ibu Sri seketika langsung melotot dengan tajam ke arah Dewa. Sedangkan Dewa hanya memasang wajah polosnya seolah dirinya tidak mengerti apa apa. "Kemarin kalau gak salah anak nya penjual ayam Wa." Sontak saja, mendengar jawaban dari bapak membuat wajah Dewa langsung berubah cemberut.     

Gina tertawa mendengar perdebatan yang dilakukan oleh bapak Joyo dan juga Dewa yang sama sama tidak mau kalah, bahkan ibu Sri saja sudah tidak sanggup berdebat dengan mereka berdua.     

"Lihat lah mereka Na. Ibu selalu pusing kalau Dewa atau Daffa sudah berdebat dengan bapak, tidak ada yang mau mengalah. Sih bapak juga, masih aja godain anaknya, seperti ini."     

"Maka nya Na, nanti kalau Daffa udah pulang kalian produksi lagi ya. Biar bapak ada mainan, gak main sama Dewa yang udah gak asyik di ajak main. Gelut Mulu bawaannya," ucap pak Joyo.     

"Ye, udah bapak main sama ibu aja. Siapa tahu, Dewa punya adik lagi."     

Sontak saja bantal kursi yang ada didekat ini Sri langsung dilemparkan ke arah Dewa sedangkan Dewa langsung meringis mendapatkan tatapan tajam dari sang ibu.     

"Mulut nya dek, harus nya kamu juga udah bisa kasih ibu sama bapak Cucu, tapi dari jalur yang halal ya. Awas kalau produksi duluan, ibu sunat kamu," ancam ibu Sri.     

"Dewa nya nggak peka Bu, padahal ada loh gadis cantik baik tapi dewa nya nggak pernah mengerti perasaan gadis itu."     

"Na!!"     

"Na na na, mbak. Udah ibu bilang, dia ini Kakak ipar kamu loh," potong ini Sri. Wanita itu terlihat kesal dengan sikap anak nya, mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Gina membuat Dewa harus menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh sang ibu, yang bertanya mengenai siapa gadis yang dimaksud oleh Gina.     

Dewa bukan nya tidak peka dengan perasaan Acha yang selalu ditunjukkan kepada diri nya namun, saat ini Dewa masih belum bisa membuka hati untuk wanita lain. Karena jauh di dalam hati nya, pria itu menyimpan sebuah nama yang selalu dia ingat setiap saat, dan nama itu lah yang selalu bisa membuat Dewa merasakan indah nya sebuah cinta.     

"Kamu jangan main main dengan perasaan anak loh dek. Kalau emang gak mau, bilang baik baik. Kasihan banget lo dia," ucap ibu Sri.     

"Iya Wa. Apa yang dibilang ibu benar, kalau kamu nggak suka dengan Acha. Kamu harus bilang, kasihan sama dia. Kamu tahu, kan gimana perasaan Acha terhadap kamu."     

Dewa terdiam, apa yang dibicarakan oleh Gina dan sang ibu memang benar ada nya. Namun, Dewa bingung harus berbicara dengan Acha seperti apa. Pria itu tidak mau menyakiti hati Acha yang Dewa tahu bagaimana tulus nya wanita itu terhadap diri nya.     

Obrolan mereka berlanjut dengan banyak nya hal yang ditanyakan, bahkan Gina ditawarin untuk ikut sebagai dokter militer.     

"Giliran Gin eh mbak Gina di ajak jadi dokter militer. Giliran aku gak," ucap Dewa. Pria itu berpura pura ngambek, padahal sebelum nya pak Joyo sudah menawarkan Dewa namun, anak itu mengatakan tidak mau bergabung dengan kemiliteran. Cukup Abang dan bapak nya saja, diri nya hanya mau menjadi dokter biasa saja. "Alah, giliran sekarang bilang nya gitu padahal dulu pas sebelum masuk kedokteran udah ditawarkan oleh bapak," ucap Ibu Sri.     

Malam ini, menjadi malam yang begitu panjang bagi Gina. Kehangatan keluarga yang diri nya dapat kan dari, keluarga nya juga dia dapat kan bersama dengan keluarga sang suami.     

***     

Hari Minggu tiba Gina juga sudah meminta izin kepada mertua nya bahwa hari ini diri nya akan pergi bersama dengan Ryu dan akan langsung pulang ke rumah dinas.     

"Nak Ryu, ayo makan dulu sini. Ibu udah masak, kalian mau jalan, kan? Biar gak lapar nanti," ucap ibu Sri. Ryu menatap ke arah sang adik, Gina tahu Abang nya itu sangat tidak bisa makan nasi kalau belum jam 12 siang sedangkan saat ini masih jam 10.00 pagi.     

Gina hanya diam saja, melihat abangnya yang pasrah dibujuk untuk makan di rumah kedua orang tua Daffa. Setelah selesai makan, Gina dan Ryu pamit untuk pulang, ibu Sri mengingatkan untuk Gina selaku datang ke rumah mereka meskipun tidak ada Daffa.     

"Gimana bang, enakkan masakan ibu?" tanya Gina.     

"Sama seperti bunda."     

Gina tersenyum, ya ibu mertua nya itu sama seperti bunda Carissa yang penuh dengan kasih sayang terhadap anak anak nya, dan hal itu membuat Gina begitu menyayangi kedua orang wanita tersebut.     

Dua puluh menit, mobil yang dikendarai oleh Ryu sudah sampai di sebuah mall. Ryu langsung memarkirkan mobilnya, dan tanpa basa basi Gina menggandeng tangan sang Abang hal yang selalu dirinya lakukan saat pergi bersama dengan Ryu.     

"Mau nonton dulu atau gimana?" tanya Ryu.     

"Nonton aja dulu deh bang, kalau mau makan, Abang kan, mau aja makan di rumah aku juga masih kenyang. Jadi nanti aja, lah setelah nonton kalau kita mau makan terus lanjut belanja ya bang. Bahan makan di kulkas rumah udah mau habis," ucap Gina. Ryu segera menganggukan kepalanya, kedua nya berjalan sembari Ryu menggenggam tangan sang adik, orang lain akan mengira jika Ryu begitu romantis dengan wanita nya dan mereka selalu mengatakan bahwa Gina dan Ryu adalah pasangan yang cocok. Padahal mereka tidak tahu, jika Ryu adalah Abang dari Gina.     

Saat sedang mengantri di bioskop, ada beberapa wanita yang gak asing di benak Gina. Diri nya mencoba mengenali beberapa wanita yang menatap begitu sinis ke arah Gina, dan akhirnya diri nya ingat bahwa mereka adalah junior Gina di rumah dinas, yang selalu tidak suka dengan Gina.     

"Suami nya tugas eh dia di sini, selingkuh. Udah dapat suami baik, tapi istri nya kelakuannya buruk," sindir wanita berbaju merah. Gina masih diam wanita itu tidak menjawab sindiran dan ejekan yang dilakukan oleh beberapa orang di sana namun, berbeda dengan Ryu yang sudah terpancing dengan emosi nya. "Udah bang, gak usah di dengerin. Emang gitu kalau bibit bibit pelakor," jawab Gina.     

Gina mengajak, menekan kata kata terakhirnya, supaya orang orang di sana mendengar dengan jelas.     

"Fotoin aja mbak. Kasihkan sama ibu kepala, biar dia tahu bagaimana tingkah menantu nya yang kata nya baik hati dan tidak sombong itu mulia tahu nya tukang selingkuh," ucapnya lagi.     

Gina hanya diam, wanita itu tidak mau merendahkan dirinya sendiri di depan umum. Biarkan orang lain berkata apa yang jelas diri nya tidak seperti apa yang mereka bicarakan. Ryu dan Gina segera menuju teater di mana mereka akan menonton, kelima wanita itu terus saja membicarakan Gina.     

"Mereka harus diberikan pelajaran dek. Abang gak suka lihat kamu digunjingkan seperti ini."     

"Santai bang, tenang biarkan ibu mertua yang menyelesaikan semuanya. Mereka mau laporan sama ibu kepala, melaporkan bagaimana aku yang selingkuh. Padahal ibu udah tahu, kalau kita pergi bersama."     

Ryu hanya geleng geleng kepalanya melihat sikap sang adik yang begitu santai dalam menghadapi orang orang tersebut.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih. Sehat terus buat kalian semua. Yang baca cerita ini, boleh mampir ke cerita aku lainnya "Hot Duda" by Ocha_Gumay24 update nya santai. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.